CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, Mei 24

Pentung Kita

Alhamdulillah, kesuksesan hari itu masih terkenang hingga saat ini. Jika di ingat-ingat kembali, usaha kita semua terbayarkan sudah. Hari ini tepat 10 hari sudah Pentas Tunggal itu terlaksana. Kisah cinta dua insan manusia berbau khas cina membalut kebersamaan kita para panitia untuk menghasilkan sebuah Pentas Tunggal yang luar biasa. 

Sampek & Engtay 


Sinopsis
Sampek dan Engtay memulai kisah cintanya di Sekolah Putra Bangsa, sekolah khusus pemuda. Engtay seorang gadis yang kuat pendiriannya ingin bersekolah, sehingga ia harus menyamar sebagai lelaki agar dapat bersekolah. Sudah sekitar 1 tahun Sampek dan Engtay hidup bersama dalam 1 ranjang, namun Sampek masih belum mengetahui siapa Engtay sesungguhnya.
Engtay sudah tak dapat berbohong lagi, ia mulai jatuh cinta kepada Sampek. Suatu hari, berkat pengakuan dari Engtay, identitas Engtay sebagai perempuan pun diketahui oleh Sampek. Sampek pun jatuh cinta kepada Engtay. Namun di hari itu juga, Engtay dijemput pulang oleh bujangnya, karena ia sudah ditunangkan dengan Macun, putra dari Kapten Liong, sahabat ayahnya. Engtay tak dapat menolak, ia hanya berharap Sampek dapat segera meminangnya. Engtay menjanjikan pada hari ke 2 dan 8, 3 dan 7 atau 4 dan 6 Sampek harus datang ke rumahnya dan melamarnya.
Namun di hari yang sudah ditentukan, Sampek tak kunjung datang. Sampek datang di hari ke-30. Semua sudah terlambat, Engtay sudah dilamar oleh Macun dan akan segera menikah. Engtay hanya bisa pasrah atas nasibnya. Sampek pun jatuh sakit karena kehilangan cintanya. Sampek akhirnya meninggal dan dikuburkan persis seperti yang tertera di surat yang diberikan oleh Engtay kepada Sampek.
Di hari pernikahan Engtay, rombongan pernikahannya melewati makam Sampek. Engtay meminta agar Macun menghentikan sebentar rombongan ini, karena ia hendak sembahyang di makam sahabatnya. Makam itu adalah makam Sampek. Di depan makam Sampek, Engtay menangis dan berkeluh kesah, hingga makam itu terbuka kemudian Engtay masuk ke dalamnya. Sampek dan Engtay pun akhirnya bersatu, mereka menjelma sebagai sepasang kupu-kupu.


Aku mungkin tidak akan menceritakan segalanya di sini, hanya sebagian suka dan duka dalam merangkai Pentas ini yang akan aku ceritakan. Mulai dari pemilihan naskah yang akan kita pentaskan, sempat mendapatkan konflik. Namun kami sepakat untuk mementaskan Sampek & Engtay.
Langsung saja menuju hal di mana ini merupakan bidangku dalam Pementasan. Aku dipercaya untuk menjadi panitia di tim artistik, yaitu Koordinator Setting. Sebisa mungkin ku berikan yang semaksimalnya untuk Pentas ini. H-7 aku baru bisa intensif fokus di pementasan ini, setelah sebelum-sebelumnya aku masih sibuk dalam mengampu #32 yang akan seleksi capas dan juga membantu kepanitiaan dalam seleksinya.
H-7 kita mulai latihan dengan properti sederhana yang ada. Kostum, make up serta properti yang lainnya masih dalam proses. Di H-7 ini pun setting masih banyak koreksi, aku harus membuat table pembantunya di setiap scene. Dan kendala terbesar ada dalam personil setting yang bisa di bilang untuk pentas ini cukup minim, terutama minim akan lelaki -_- 
Tabel sudah jadi, pembagian tugas untuk tim setting sudah kubagi rata. Tapi setiap harinya pasti ada aja yang ijin. padahal udah di wanti-wanti kalau H-7 tiada ijin. Ada yang acara keluarga, ada yang keluarganya lagi sakit, ada juga yang lagi ngurus event lain, ada juga yang olimpiade. Dan itu cukup membuatku stres ketika sedang gladi latihan, di sela-sela scene Ayah berkata "endi bocahmu" "sopo sing dipasrahi nyiapke iki" "sopo sing mbok pasrahi mindah kuwi" "kowe yakin ra bocahmu sesuk iso" "salah sitik wae fatal lho din" "bocahmu ki orang mung sekedar setting sebagai sing ngangkat, sing ngatur panggung, ora. bocahmu kudu melu ngerti alur ceritane" daaaan berbagai macam segala koreksi yang ada membuatku hanya bisa menjawab  iya iya dan iya, bisa bisa dan bisa. 
Rasanya sempat tumbang kalo anak setting yang dateng nggak fullteam fullteam, padahal setiap harinya ada koreksi dan tambahan-tambahan properti juga. Dan posisi kita latihan gladi belum bisa di concert hall. H-7 kita kendala tempat latihan. Societet tempat biasa latihan lagi dipake acara. Di H-7 itu benar-benar semua waktu kuserahin buat Pentung. Dan di H-7 itu pula GSD sedang berlangsung -_- GSD tahap 1 blas nggak bisa dateng. Tiap hari harus ngedit tabel setting, sms anak setting supaya jangan lupa dateng, sms dimana kita latihan, tiap hari juga sms Enna buat nanyain perkembangan properti dan minta properti tambahan dari koreksi-koreksi yang ada.
Tiada pulang sebelum matahari tidur nyenyak di H-7 itu -_- so kewer to the max, nganti tibo loro barang -_- lali madyang, radang berlanjut demam, berlanjut batuk dan mendekati hari H pun masih pilek -_-
Di H-2 PI dan para koor artistik sedang tumbang-setumbang tumbangnya. Koreksinya Ya Tuhan banyak bangeeeet T.T Buat setting lah, properti lah, kostum, make up, lighting, sound, terutama musik masih belum cocok sama kehendak Ayah. Belum yang di luar tim artistik, buat yang nonartistik juga masih banyak yang belum sempurna. Tepatnya hari Senin, pimpro ku tumbang di tempat latihan. Aku tahu bebannya lebih berat dari bebanku, dia harus mikir gimana Pentas ini harus sukses dengan masukan yang cukup membuat orang deg deg an di H-2.
H-1 beberapa panitia di izinin keluar sekolah dari jam 9.30. Namun lagi-lagi dengan prosedur sekolah tercinta yang sangat sangat ketat, bocahku nggak bisa diizinin semua T.T Padahal hari itu habis-habisan nata panggung, masih harus bantuin finishing properti yang belum kelar. Harus ngepasing setting sama lightingnya juga. Dan jam 1 talent udah harus orientasi panggung, sementara jam 2 baru jam pulang sekolah. 
Setibanya di concert hall hiruk pikuk masih tetep ada, macem-macem. Dan yang tadi malem menjelang pagi habis masuk masukin barang ke concert hall pun masih tetap teges. Dan itu posisi udah jam 11 siang, dan konsumsi belum dateng buat orang-orang yang tinggal di tby semalem. Dan sang bendahara pun belum tiba, tak bisa minta uang untuk membali konsumsi seadanya dulu. Dan keluarlah relawan.
Habis nyariin makanan, kembali lagi dengan personil seadanya, kami mulai menata panggung, barengan sama lighting yang lagi benerin lampu. Lelah dan lelah pun ada, leren leren dulu habis nata kupu-kupunya. Sama Ee, Nesal Nando sama Mas Wawan duduk leren. Malah rumpik, malah acara baca garis tangan juga disponsori oleh mas wawan. Dan yahud juga apa yang dibilangin mas wawan tentang garis tanganku. Huaaah intine penglipur lelah.
Nah pas orientasi panggung sebelum Ayah berkata, aku sudah berkata bahwa setting belum lengkap, masih ada yang kepenjara di sekolah. Namun seperti biasa kalimat mbuh piye carane pun terucap, dengan embel-embel cari penggantinya dulu. 
Setelah dapet pengganti, itu pun dengan susah pula karena relawannya ogah-ogahan karena nggak ngerti apa-apa, dan pastinya segan untuk terkena semprotnya Ayah nantinya. Orientasi di mulai, pengsinkronan antara talent setting dan lighting. Ayah memintaku untuk memimpin jalannya orientasi panggung. Tapi ya emang dasar sifat pah poh keluar bingung kudu gimananya -_- malah kena sembur Ayah. "Ayoo, sing ngerti settinge kan kamu, kamu memimpin mengarahkan lewat mic ini, di scene ini ini ini apa aja yang keluar, apa aja yang diambil, sambil disebut itu anak buahmu siapa yang ngeluarin dan masukin barang. Kamu bilangin juga tentang blackoutnya, biar lighting bisa segera disesuaikan jika kurang pas. Ojo malah bingung ngene iki"
Haaaaaaah, rasanya pas itu pengen disamping tu ada yang ngelus bahu sambil bilang sabar dan semangat yang alusss.

Orientasi udah, terus malemnya GR. Yang biasanya gladi aku di depan panggung duduk disebelah Ayah sama Manik/Ayuk dan koor lainnya buat mentau apa aja yang kurang. Kali ini udah sekian saja aku harap tak ada masukan lagi yang harus dirombak, dan aku pun berada di backstage ketika GR berlangsung. Itung-itung menempatkan diri backstage, toh hari H juga aku di backstage, buat memastikan semua berjalan lancar.

Habis GR masih ngobrol-ngobrol sama temen-temennya Ayah yang ikut mbantuin. Finishing properti juga. Nggak tega juga sama Enna yang terus-terusan memenuhi permintaan barang properti yang tiap harinya bertambah, sama Nando yang H-1 itu juga capeknya bukan main ngepasin lighting sama mas wawan, ngecek lampunya yang pada bocor. Nggak lupa juga panitia non artistik ya meskipun aku nggak megang urusan luar panggung tapi aku tahu mereka juga pasti lagi riweh-riwehnya. Kita kedatangan kawan 015 dan 016 juga yang bantu-bantu perkap dan nata kursi penonton.

Hari H pun tiba, badan sudah remux semalem pulang larut, eh sepagi ding wong udah dini hari -_- untung ada Dipta dateng ke TBY bantu-bantu jadi pulangnya ada temen yang rumahnya searah. Dan fix maksimal hari itu skip sekolah buat memulihkan raga yang sudah makin rapuh itu.
Hiruk pikuk hari H makin keliataaaaaaaan. Dag dig dug ser? kalo aku sih udah enggak, udah H-2 kemarin tumbangnya. Hari ini yang tim nonartistik yang lebih banyak riweh. Dekornya lah, perkap, bagiin ht, ticketing, konsumsi dll.


Dan alhamdulillah penonton terhibur, semuanya lancar jaya, settingnya aye! Tepuk tangan penonton bener-bener mengisi kekosongan hati kita-kita semuaaa.

Pecaaaaaaaaah!



Enna - Bibik - Putri - Dina
Para koor akhirnya dapat tersenyum setelah Pentas :)


Aji - Talitha - Adel - Nesa - Dina - Algha - Rizkha - Rusbong - Tori
Setting Uyee!
Kurang Ee sama Ening
Sampek - Engtay


Nesa - Sukiu - Dina

Terimakasih Tuhan atas kesempatan yang Kau berikan sehingga acara ini dapat berjalan dengan lancar dan meraih kesuksesan. Terimakasih Bapak Ibu Guru, terimakasih teman-teman panitia, terimakasih kakak-kakak atas bimbingannya, terimakasih buat semua warga smada yang sudah ikut membantu mensukseskan Pentas Tunggal Teater Kertas SMA N 2 Yogyakarta ini.

Terimakasih bocah bocahkuuu Nesa, Ee, Rusbong,Tori, Aji, Rizkha, Adel, Talitha, Algha, Ening. Kalian hebat!
Selamat buat Sekar, Pentungmu sukses!
Selamat buat Enna, propertimu mantaf!
Selamat buat Bibik, kostumnya aye
Selamat buat Putri, gawl put
Selamat buat Nando, lightingnya oke vroh!
A

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.